Nepal Day 2- Menuju Pokhara

Hari keduaku di Nepal dimulai pada dini hari. Aku bangun pukul 5 pagi untuk segera berkemas dan menuju Kantipath Road. Hari ini aku akan menuju Pokhara, salah satu kota awal pendakian Himalaya. Bis dari Kathmandu menuju Pokhara berangkat pada pukul tujuh pagi. Tepat pukul 6.00 pagi , aku menggendong backpack tercintaku dan berjalan menyusuri jalanan Thamel yang masih gelap dan sepi. Dengan berbekal GPS , aku memberanikan diri untuk menuju Kantipath dengan harapan agar tidak tersesat dan ketinggalan bus pagi itu. Di tengah jalan, tiba tiba ada ricksaw (becak sepeda di Nepal dengan bangku penumpang di belakang di “penggenjot “sepeda. Dengan tawar menawar yang cukup sengit dan akhirnya mendapat harga NRS200 untuk menuju Kantipath yang berjarak kira-kira 1,5 km dari Holy Lodge aku menaiki becak ini dengan tangan menggigil dalam suhu 4 derajat celcius.

Aku sampai di Kantipath dengan selamat dan sedikit membeku. Sesampainya disana aku dibuat bingung dengan banyaknya bis yang berjajar dan semuanya menuju Pokhara. Untuk menuju Pokhara dari Kathmandu ada 5 jenis kendaraan yang bisa kamu temukan

1. Tourist Bus

Tourist Bus berangkat dari Kantipath Road setiap pagi pukul 07.00 waktu setempat dengan biaya sekitar NRS 600-900. Bus ini cukup aman dengan 2 kali pemberhentian untuk sarapan dan makan siang. Waktu yang diperlukan untuk mencapai Pokhara adalah kira-kira8 jam. Jika ingin naik bis ini untuk menuju Pokhara, pastikan kamu datang ke Kantipath tidak lebih dari jam 07.00 atau kamu harus menunggu esok harinya untuk menuju Pokhara.

2. Local Bus

Bus ini adalah bus lokal yang melayani warga negara setempat. Bus ini berangkat setiap 15 menit. Biayanya NRS 400-600. Waktu yang diperlukan untuk mencapai Pokhara kira-kira10jam.

3. Micro Bus

Bus ini adalah minibus ber kapasitas 8-10 orang yang akan langsung berangkat saat bangku penuh terisi. Bus ini berangkat dari Kalanki Bus Park, Kathmandu. Bus ini tersedia setiap 30 menit  Dengan biaya per orang NRS 800-1000. Waktu yang diperlukan untuk mencapai Pokhara dalah 6 jam.

4. Taxi

Taxi adalah salah satu pilihan yang mahal. Dengan ongkos sewa sekitar NRS 5000 dengan waktu tempuh yang tidak beda jauh dari tourist bus yaitu kira-kira8jam.

5. Pesawat Terbang

Pesawat terbang adalah pilihan yang paling cepat untuk mencapai Pokhara. Biaya untuk penerbangan jarak dekat Kathmandu-Pokhara sekitar US $ 100-150. Tapi jangan membayangkan penerbanga ini menggunakan pesawat airbus karena jarak penerbangan yang dekat maka pesawat yang digunakan adalah pesawat baling-baling.

Aku menyarankan untuk naik Tourist bus karena lebih aman, harga yang lumayan, serta fasilitas yang memadai. Untuk local bus, waktu tempuhnya lebih lama dan kamu akan melihat banyaknya orang yang berdesak-desakan di dalamnya. Micro bus cepat, tapi dengan kondisi jalan di Nepal yang bertebing, bus ini menurutku sangat berbahaya hanya untuk mempercepat waktu tempuh 1-2 jam. Dan taxi serta pesawat, well untuk kamu yg kaya dengan dompet terisi penuh ini adalah pilihan yang tepat dan nyaman.

Pada akhirnya aku memilih salah satu tourist bus dengan harga tiket NRS600 per orang. Sembari menunggu bis berangkat, ada banyak penjual makanan di pinggir jalan yang menjajakan sarapan seperti roti, donat, dan telur rebus serta milk tea hangat. Aku membeli milk tea hangat (yang cukup mengurangi kebekuanku) dan donut yang dihangatkan langsung diatas api kompor gas. Ya, kamu tidak salah baca. Diatas api kompor gas langsung, sangat sehat. Semua bus yang ada di Kantipath berangkat tepat pada pukul 07.00, (jadi kamu jangan ngaret kalo mau naik bis ini).

 photo bb979225-a39b-459a-a4a5-769750b188c8_zpsef86aoyu.jpg
Saya sedang makan donat ajaib rasa kompor gas

Perjalanan dari Katmandu ke Pokhara cukup menyenangkan. Setelah bis berangkat dari Kantipath, hasrat duniawiku bergejolak. PIPIS. Dengan berbisik bisik aku bilang pada kondektur bus bahwa aku perlu ke toilet dan dia menjawab “OK, we’ll stop at the gas station. They have toilet” (terjemahan kasar : OK, kita akan berhenti di pom bensin. Ada toilet disana) . Sesampainya di pom bensin aku langsung antri di depan toilet campur pria wanita ini. Membayar NRS 50 untuk biaya kebersihan. Setelah aku masuk ke toilet, aku sangat kaget karena yang ada hanya 1 lubang kecil untuk buang air, gak ada air ataupun tissue. Oh GOD! Aku keluar dan bertanya ke petugas apakah aku bisa membeli sedikit air yang ada di tong di samping kursi tempat dia duduk. Dan mungkin karena bahasa inggris yg dimiliki si penjaga wc minim, apapun yang aku katakan , dia hanya akan menjawab “NO TOILET, NO TOILET”. Aku kebingungan tidak tau maksudnya. Dan karena antrian toilet ini mengular dan orang-orang mulai berteriak padaku serta hasrat duniawiku yang sudah menggelora, aku mengambil beberapa lembar tissue dari tasku dan dengan sangat terpaksa pipis di toilet yang baunya tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata, bayangin aja ribuan orang pipis disini tanpa disiram!

Setelah keluar dari toilet, ternyata bis yang aku tumpangi sudah berjalan sekitar 100m dari pom bensin. Mas mas kondektur ganteng masih menungguku dengan setia di depan toilet dan mengajakku segera berlari untuk mengejar bis kami. Sungguh, aku berasa seperti di film Bollywood dengan Shahruk Khan. Sepanjang perjalanan saat masih di wilayah Kathmandu, banyak anak muda Nepal yang nongkrong di pinggir jalan. Sepertinya budaya K-Pop sudah melanda Nepal. Anak-anak muda gaul disini hampir keseluruhan bergaya ala artis K-Pop.
 photo DSC00087_zpstqbbux4o.jpg                                       Anak muda nepal yang bergaya mirip Taeyang, BIG BANG

Kondisi jalan menuju Pokhara yang berkelok kelok, bertebing dan kadang berkerikil, membuat suasana di dalam bis ini serasa di adegan film Bollywood (bergoyang goyang dan menari nari). Bus berhenti 2 kali untuk sarapan pada pukul 10.00 dan makan siang pada pukul 12.00. Dan sekali lagi karena ke-kere-an ku dan perutku yang tidak mau diajak kompromi dengan kondisi jalanan, aku memutuskan untuk menahan lapar sampai aku tiba di Pokhara.
 photo DSC00113_zpsooyro3e3.jpg

Tempat transit/istirahat biasanya berupa restoran yang menyediakan makanan lokal maupun interlokal(ceileh kaya telepon aje)

Setelah perjalanan selama kira-kira8 jam akhirnya aku sampai di Mustang Bus Park (terminal di Pokhara). Jumlah calo di terminal ini tidak kalah banyak dari jumlah calo di bandara Tribhuvan. Tapi karena aku sudah kapok naik taxi, aku memutuskan untuk berjalan menuju Pewa Lake Side. Dijalan aku bertemu dengan razia kendaraan bermotor di jalanan masuk area Pewa Lake Side. Polisi disini berseragam loreng seperti tentara. Aku sempat mengira mereka tentara. Tapi ternyata tentara dan polisi disini sama sama berseragam loreng, hanya dengan warna dasar yang berbeda. Sesampainya di Pewa Lake Side, aku kebingungan mencari penginapan karena belum browsing sebelum berangkat. Akhirnya, sembari mencari informasi penginapan aku memutuskan untuk sekali lagi makan Chiken Thali dengan rasanya yg cukup kental dan khas Nepal yang pada akhirnya menjadi Thali terakhirku di Nepal(Lidah orang Indonesia yang ga cocok makan masakan internasional, cocoknya cuma makan lontong sayur, hehehe). Selama makan, di depanku terlihat jelas satu penginapan yang terlihat rapi, dan bersih serta memiliki roof top. Akhirya aku menuju ke penginapan yang bernama Nanohana Lodge itu. Dengan harga yang ditawarkan untuk economic room seharga NRS700 dengan fasilitas hot water dan wifi, dan sekali lagi dengan memastikan bahwa tidak aka nada biaya tetek bengek yang harus aku bayar dan bonus free roof top access, aku memutuskan untuk menginap disini.

Setelah unpacking dan mandi (Aku belum mandi sejak sampai di Nepal, hehehe) aku berjalan menyusuri Pewa Lake Side. O iya, did I tell you that my hijab attracts many attention? Orang Nepal sepertinya belum pernah melihat orang berhijab. Mereka selalu menatapku aneh. Aku menuju sebuah pelabuhan kecil di pinggir Pewa Lake saat seorang tentara Nepal memanggilku dan mengajak bicara. Ada rasa bahagia ketika mendapatkan teman di Negara lain. Tentara ini bernama Lokesh, dia sedang berjaga ketika aku lewat. Setelah berbincang tentang asal muasal kami dan menjelaskan tentang Indonesia kepadanya, dia menawarkan untuk mengantarku mengelilingi danau dengan perahu GRATIS pada esok harinya.
 photo DSC00133_zpsorgbkjzc.jpg

Narsis dulu di bangku taman samping Pewa Lake

 photo DSC00146_zps9q4glnyv.jpg
Eh kok masnya bisa melayang? Ane juga mau lah 😀

Setelah percakapan panjang dengan Lokesh dan saling tukar nomor telepon, aku berjalan di sebuah taman disamping Pewa Lake (Danau Pewa). Taman disini seperti kebayakan taman di Indonesia (banyak yang pacaran, hehe) dengan pemandangan danau yang indah disampingnya. Hari mulai gelap, aku memutuskan kembali berjalan di side walk untuk mencari sarung tangan karena suhu udara disini turun drastic saat tidak ada cahaya matahari. Disini aku menemukan toko dengan tumpukan sarung tangan di depannya. Aku membeli sepasang sarung tangan seharga NRS300 yang sekali lagi aku dapatkan dengan menawar harga. Hehe… Dengan sarung tangan ini, aku berkenalan dengan Meera Poudel sang pemilik toko yang akan menjadi sahabat baikku selama di Pokhara.Setelah makan malam di salah satu restoran Korea di Pokhara (dalam kondisi aku sudah tidak mau makan kari lagi, dan memesan satu set gogi meat (daging sapi barbeque yang kita masak sendiri di atas meja makan serta nasi putih), aku menuju ke penginapan. Di jalan tiba-tiba ada seorang berseru “Assalamualaikum”, aku kaget dan bahagia setelah pandangan aneh terhadapku selama 2 hari disini akhirnya aku bertemu seorang saudara muslim. Namanya Muhamad dari Kashmir, seorang pemilik toko syal, pashmina, dan batu mirip akik di Pokhara. Singkatnya kami berbincang tentang asal muasal kami. Karena hari sudah dirasa cukup larut dan toko-toko mulai tutup, aku berpamitan denggannya lalu menuju ke penginapan. Aku segera masuk ke penginapan indah dan murah ini serta menyapa resepsionis yang tampan seperti bintang Bollywood bernama David (full story in the next post).Hari kedua di Lower Himalayas ini aku tutup dengan tidur di Nanohana Lodge serta si ganteng David yang dengan baik hati menawarkan selimut extra tanpa biaya extra. Gantengnyaa…
 photo DSC00150_zps4yabxaae.jpg

Inilah Lokesh, tentara baik hati yang membuat para wanita lumer hatinya 😀

 photo DSC00164_zpswaghkegx.jpg
Pacaran disini enak ya mas?

 photo DSC00169_zpsg4eglon1.jpgMan:”Jadi dek, maukan kau menikah dengan adikku?” Woman:”Tapi mas! Aku hanya mencintaimu!”

 photo DSC00173_zpsroguue8d.jpg
Ini sarung tangan yang aku beli di Meera, hangat dan cantik serta dibuat dari yak wool asli!

 photo DSC00193_zpse5ufqs8q.jpg
Ya Tuhan, Maafkan kekhilafanku… Hapuskanlah semua lemak yang aku makan malam ini ya Allah…

8 Replies to “Nepal Day 2- Menuju Pokhara”

  1. asik bgt ni.. jalan jalan terusss… hehe

    1. hehehe.. Alhamdulillah 😀

  2. hehehehe..saya juga inget kenangan pipis di toilet umum di Nepal, tak terlupakan lah pokoknya ya hahahaha. Nice post mba, salam kenal yah 🙂

    1. Fibria Rhischa says: Reply

      Salam kenal juga Mas Indra..
      Memang toilet di Nepal highway itu luar biasa 😀

  3. Dear Fibria. Salam kenal
    Baca cerita nya menarik banget. Saya juga ada rencana mau ke Phokara. Apakah aman kalau jalan sendirian?

    1. Fibria Rhischa says: Reply

      Hello Galuh.
      Nepal aman kok. The first sentence I heard when I arrived there was “Fibria, relax and enjoy Nepal. This is not India (he meant the raping cases I guessed). Bis nya juga siang hari. Aku juga ketemu beberapa traveler cewek yang jalan sendiri kesana. Make sure jangan mudah percaya orang lain kecuali sesama backpacker atau traveler. Kalau masih segan jalan sendiri kamu mungkin bisa join trip trip di grup backpacker dsb. But imho, Nepal is a safe, friendly and beautiful country.
      Enjoy your trip and always be happy 🙂

  4. hi Fibria, thank you so much buat sharing perjalanan dr Kathmandu ke Pokhara. btw pesan tourist bus bisa pagi sblm keberangkatan kah? atau harus book online bbrp hari sblm brgkt? Thanks before!

    1. Fibria Rhischa says: Reply

      Hello Norma,
      Kamu bisa booking lebih dulu di tour agency. Tapi kemarin aku sih langsung “go show” ke Kantipath dan langsung nanya masih ada kursi atau engga dan nawar harganya 😀 hehehe…Have fun!

Leave a Reply

Prove that you are a potato! *